Sabtu, 15 November 2008

Wisata Kawah Kelud

Hijaunya menghampar di permukaan. Membisikkan pesan-pesan abadi yang menyuguhkan beribu keindahan.


Berdiri di tepi danau kawah ini, kita bisa melihat puncak Gunung Kelud, Gajah Mungkur, dan Sumbing. Lengkap dengan ukiran alam di dinding gunung, pepohonan liar, dan kabut yang sesekali turun menyapa.

Puas memandang sekeliling, saatnya memasukkan kaki ke danau dan merasakan hangatnya air belerang. Katanya, air kawah ini bisa mengobati problem gatal kulit dan rematik. Jika kondisi memungkinkan, bolehlah berendam atau berenang, asal tak melebihi batas yang ditentukan.

Memang, bicara aspek keamanan, Pemerintah Kabupaten Kediri tak mau main-main membuat batasan. Selain pembatas area aman untuk berenang, papan pengumuman juga dipajang di beberapa sudut. Maklum, danau kawah yang menawan ini memang bagian dari kawah gunung yang masih aktif.

Sejarah mencatat, Gunung Kelud, ada yang menyebut dengan nama Kelut, Klut, atau Coloot, merupakan gunung berapi yang masih aktif. Sejak tahun 1000 hingga kini, gunung yang berdiri megah ini sudah meletus hingga lebih dari 30 kali. Ini yang jadi alasan, di masa pemerintahannya, Raja Hayam Wuruk tak pernah lupa menjalankan ritual khusus untuk berziarah dan bersembah bakti pada Hyang Acalapati di tempat ini. Hayam Wuruk konon rajin berdoa memohon keselamatan agar semua makhluk bisa terselamatkan jika Gunung Kelud meletus.

Di sisi lain, status gunung yang puncaknya berada 1731 meter di atas permukaan laut (dpl) ini memberi keuntungan lebih bagi kualitas tanah di sekitar Kelud. Di sepanjang jalan menuju Kelud, mulai dari Wates hingga hingga perkebunan Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, kita bisa melihat banyak ragam tanaman tumbuh dengan subur. Mulai dari nanas, cengkeh, pepaya, pisang, kopi, dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar: